Artikel · Kajian

Santri Tahan Uji


Dalam kehidupan manusia di dunia pasti tidak akan lepas dari sebuah ujian ataupun cobaan, tanpa memandang tempat ataupun keadaan manusia itu sendiri. Setiap orang pasti akan menghadapi permasalahan dalam kehidupanya, tidak ada satupun orang yang menjalani kehidupan dengan lancar dan tidak mempunyai permasalahan. Begitu juga bagi seorang santri, seperti kita, tentunya akan mengalami uhian-ujian dalam pengembaraan kita mengarungi lautan ilmu di pondok. Baik berupa kesulitan dalam belajar, belum bisa beradaptasi dengan lingkungan dan suasana pondok ataupun belum bisa betah di pondok. setiap santri baik senior maupun junior, bahkan di pondok manapun pasti pernah mengalami fase tersebut.
Perlu kita sadari, bahwa ujian dalam kehidupan itu pasti ada, entah apapun pilihan kita, meskipun jenis cobaanya berbeda-beda. Seseorang yang menyibukan diri untuk bekerja mencari kebahagiaan dunia semata juga pasti mengalami kesulitan atau cobaan, seperti sulit dalam bekerja, pekerjaanya tidak cocok, penghasilanya kurang dan lain sebagainya. Apalagi seorang santri yang menggeluti ilmu sebagai bekal kehidupan di dunia bahkan sampai akhirat kelak. Tentunya cobaan dan ujianya melebihi orang yang mencari kehidupan dunia saja, karena tujuan dan hasil yang akan diperoleh juga lebih besar.
Dalam kitab ta’lim al-muta’alim, Syaikh al-Zarnuji menyampaikan sebuah bait syair yang dilantunkan oleh Imam Syafi’I :


وليس اكتساب المال دون مشقة # تحملها فالعلم كـيف يكون
“Tidak ada dalam pencarian harta, tanpa menanggung masakat derita, lantas bagaimana dengan ilmu”


Maksutnya seseorang yang mencari harta pasti akan merasakan kesulitan, kesusahan, Ujian dan cobaan yang menuntutnya untuk terus berusaha keras pantang menyerah dan semangat agar mendapatkan harta yang ia inginkan. egitu juga orang yang mencari ilmu pasti akan mengalami kesulitan, kesusahan dan cobaan pula, sedangkan ilmu sendiri merupakan anugrah dan nikmat Allah yang paling besar dan tinggi setelah iman.

Dari hal ini sebagai seorang santri harus mempunyai kekuatan dan kesemangatan yang lebih besar daripada orang yang mencari kehidupan dunia saja. Santri harus mempunyai keteguhan hati yang kuat dan terus bersabar dalam menghadapi ujian yang ada, agar kita bisa menjadi orang yang lebih baik, yakni dengan memahami ilmu dan mengamalkanya.
Allah dalam menguji hambaNya, pasti disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Tidak mungkin Allah menguji hambanya diluar batas kemampuan. Dipondok pun seperti itu, ujian yang kita hadapi sekarang pasti mampu kita hadapi dan kita selesaikan apabila kita mau berjuang dan terus bersabar. Begitu juga sebaliknya, santri yang menyerah dan memilih untuk berhenti itu bukan berarti ujian yang dihadapinya terlalu besar dan tidak mampu ia selesaikan, tetapi karena ia kurang bersabar dan menyerah untuk berjuang.
Imam Syafi’I dalam syairnya berkata:

ومَنْ لَمْ يَذْقْ مُرّ الَتَعلُّمِ سَاعَةً .:. تَجَرّعَ ذُلّ الجَهْلِ طُولَ حَياتِهِ
“Barangsiapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat # Ia kan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.”

Syair ini mengisyaratkan kepada kita semua yang sedang menggeluti ilmu Allah bahwa dalam perjalanan dan perjuangan kita pasti akan merasakan kesulitan dan kepahitan, tetapi kita tetap harus berjuang dengan sabar menghadapinya dan tidak mengenal kata menyerah. Apabila kita menyerah dan memilih berhenti maka kita akan merasakan ujian, cobaan dan kesusahan yang lebih besar karena menanggung kebodohan kita sendiri, tidak memiliki ilmu yang cukup sebagai bekal hidup di dunia, bahkan di akhirat kelak. Disini hanya ada dua pilihan, bersabar dan terus berjuang atau menyerah dan menyesal selama-lamanya.

Tinggalkan komentar